Idul Fitri Di depan kita..

| 0 komentar (klik untuk isi komentar)


Lebaran kini telah menanti. Tinggal menghitung hari kemenangan, maka kita akan menyelesaikan tahap "pemutihan" atas segala dosa-dosa kita di masa lampau. Itu pun bagi yang niat dengan ikhlas dan tulus untuk menjalankan puasa Ramadhan. Singkatnya, bagi yang puasanya bolong-bolong alias gak ikhlas atau hanya cari perhatian dengan puasa, pantas untuk menyesal di hari lebaran nanti. Kenapa? Karena di bulan full barokah ini, diobral segala ampunan Allah yang begitu berharga yang mungkin tidak akan dijumpai di bulan lainnya. Pahala kebaikan di bulan Romadhan dilipatkan 70 kali lipat dibanding hari biasa. Itu pun masih terus dilipatkan 70 kali lipat lagi tanpa henti dan seterusnya...

Tidakkah kau menyesal wahai saudaraku? Di bulan yang sebegitu istimewanya, masih saja meremehkan janji Allah. Saya pun turut menyesal karena masih menjalankan "dosa rutin" di bulan yang tidak sepantasnya saya melakukannya. Pun begitu banyak waktu yang saya sia-siakan di bulan ini tanpa melakukan kebaikan.

Mungkin tiada perasaan lain yang saya rasakan selain menyesal atas segala keteledoran saya. Dosa yang begitu menumpuk di bulan-bulan lalu mungkin masih belum terampuni samai detik ini.

Ya Allah, maafkanlah hambamu yang begitu hina ini.. Ampunilah kami yang belumur dosa dan maksiat. Berikanlah kami, syafa'at Nabi Muhammad di yaumul kiyamah nanti.. Ampunilah Ya Allah.. Ampuni kami..


Selamat Hari Raya Idul Fitri wahai saudaraku... Semoga engkau dirahmati-Nya...

Tugas Seabregkk!!

| 1 komentar (klik untuk isi komentar)

Biasanya klo anak sekolah mau liburan, bawaannya seneeeeng............ teruss.........!! Lha, kali ini beda. Waktu gua mau liburan, duh.. mulai Matematika, Inggris, Komputer, Fisika, dan hampir seluruh pelajaran ngasih tugas minimal 3 halaman LKS!!! Duh, ini mau nyante apa mau nyebur sumur?? Gak tau apa tuh guru2 kita juga butuh refresing?? Halah MAAAAKKK!!! Brot!!



hehe
inaivenaglonamlihg

Arti Kehidupan

| 0 komentar (klik untuk isi komentar)

Alkisah, seorang pemuda mendatangi orang tua bijak yang tinggal di sebuah desa yang begitu damai. Setelah menyapa dengan santun, si pemuda menyampaikan maksud dan tujuannya. "Saya menempuh perjalanan jauh ini untuk menemukan cara membuat diri sendiri selalu bahagia, sekaligus membuat orang lain selalu gembira."

Sambil tersenyum bijak, orang tua itu berkata, "Anak muda, orang seusiamu punya keinginan begitu, sungguh tidak biasa. Baiklah, untuk memenuhi keinginanmu, paman akan memberimu empat kalimat. Perhatikan baik-baik ya..."

"Pertama, anggap dirimu sendiri seperti orang lain!" Kemudian, orang tua itu bertanya, "Anak muda, apakah kamu mengerti kalimat pertama ini? Coba pikir baik-baik dan beri tahu paman apa pengertianmu tentang hal ini."

Si pemuda menjawab, "Jika bisa menganggap diri saya seperti orang lain, maka saat saya menderita, sakit dan sebagainya, dengan sendirinya perasaan sakit itu akan jauh berkurang. Begitu juga sebaliknya, jika saya mengalami kegembiraan yang luar biasa, dengan menganggap diri sendiri seperti orang lain, maka kegembiraan tidak akan membuatku lupa diri. Apakah betul, Paman?"

Dengan wajah senang, orang tua itu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan kata-katanya. "Kalimat kedua, anggap orang lain seperti dirimu sendiri!"

Pemuda itu berkata, " Dengan menganggap orang lain seperti diri kita, maka saat orang lain sedang tidak beruntung, kita bisa berempati, bahkan mengulurkan tangan untuk membantu. Kita juga bisa menyadari akan kebutuhan dan keinginan orang lain. Berjiwa besar serta penuh toleransi. Betul, Paman?"

Dengan raut wajah makin cerah, orang tua itu kembali mengangguk-anggukkan kepala. Ia berkata, "Lanjut ke kalimat ketiga. Perhatikan kalimat ini baik-baik, anggap orang lain seperti mereka sendiri!"

Si anak muda kembali mengutarakan pendapatnya, "Kalimat ketiga ini menunjukkan bahwa kita harus menghargai privasi orang lain, menjaga hak asasi setiap manusia dengan sama dan sejajar. Sehingga, kita tidak perlu saling menyerang wilayah dan menyakiti orang lain. Tidak saling mengganggu. Setiap orang berhak menjadi dirinya sendiri. Bila terjadi ketidakcocokan atau perbedaan pendapat, masing-masing bisa saling menghargai."

Kata orang tua itu, "Bagus, bagus sekali! Nah, kalimat keempat: anggap dirimu sebagai dirimu sendiri! Paman telah menyelesaikan semua jawaban atas pertanyaanmu. Kalimat yang terakhir memang sesuatu yang sepertinya tidak biasa. Karena itu, renungkan baik-baik."

Pemuda itu tampak kebingungan. Katanya, "Paman, setelah memikirkan keempat kalimat tadi, saya merasa ada ketidakcocokan, bahkan ada yang kontradiktif. Bagaimana caranya saya bisa merangkum keempat kalimat tersebut menjadi satu? Dan, perlu waktu berapa lama untuk mengerti semua kalimat Paman sehingga aku bisa selalu gembira dan sekaligus bisa membuat orang lain juga gembira?"

Spontan, orang tua itu menjawab, "Gampang. Renungkan dan gunakan waktumu seumur hidup untuk belajar dan mengalaminya sendiri."

Begitulah, si pemuda melanjutkan kehidupannya dan akhirnya meninggal. Sepeninggalnya, orang-orang sering menyebut namanya dan membicarakannya. Dia mendapat julukan sebagai: "Orang bijak yang selalu gembira dan senantiasa menularkan kegembiraannya kepada setiap orang yang dikenal."


Pembaca yang luar biasa,

Sebagai makhluk sosial, kita dituntut untuk belajar mencintai kehidupan dan berinteraksi dengan manusia lain di muka bumi ini. Selama kita mampu menempatkan diri, tahu dan mampu menghargai hak-hak orang lain, serta mengerti keberadaan jati diri sendiri di setiap jenjang proses kehidupan, maka kita akan menjadi manusia yang lentur. Dengan begitu, di mana pun kita bergaul dengan manusia lain, akan selalu timbuk kehangatan, kedamaian, dan kegembiraan. Sehingga, kebahagiaan hidup akan muncul secara alami... luar biasa!

Apa rasanya ditarik dari sekolah kesayangan?

| 0 komentar (klik untuk isi komentar)

Yang jelas sedih lah.. Saat saya sedang berusaha untuk berubah menjadi lelaki yang lebih gentleman dan disiplin (karena sebelumnya saya memang rada' lelet lo urusan begitu) dan saya hampir berhasil menyelesaikannya.. Ya, di SMK Gebang sekolah terbaik yang pernah aku temui. Di sana diajarkan kedisiplinan layaknya militer namun dengan tanpa kekerasan. Melalui cara yang tegas dan to the point tanpa bertela-tele. Ajaran jiwa korsa mengikat kuat di sana, yaitu ajaran untuk sama-sama merasakan kesusahan teman agar tercipta rasa saling membutuhkan. Meskipun senior di sana sangat tagas, namun seperti terasa ketulusan untuk mengajari junior agar menjadi disiplin..

Sayang sekali, di saat 4 hari lagi saya dilantik menjadi taruna resmi, urusan keluarga pun menjadi penghalang. Saya dikeluarkan bahkan dengan sangat tiba-tiba..

SMK Astrindo, what do you think about me??